Di Sekolahku, Langkah Kecil Untuk
Sebuah Perubahan
Oleh
AULYA
SRI UTAMI ILHAM
9983055224
VIII
D
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 2,6 milliar orang setara 40 persen
penduduk dunia hidup dalam keadaan menyedihkan karena terbatasnya akses pada
toilet yang layak. Minimnya toilet yang layak memaksa orang-orang tersebut yang
umumnya tinggal di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah untuk buang
air kecil dan besar di area terbuka.
Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia masih
tertinggal terkait presentasi penduduk terhadap jangkauan akses untuk mendapat
air bersih dan sanitasi yang baik. Bila dibandingkan dengan Malaysia yang
memiliki 100% cakupan air bersih dan 96% cakupan sanitasi, bahkan Indonesia
masih di bawah Filipina dan Kamboja.
Indonesia
merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah domestik)
terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar (ANTARA News, 2006). Tidak
kurang dari 400.000 m3 per hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai
dan tanah tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dari jumlah tersebut 61,5 %
terdapat di Pulau Jawa (Status Lingkungan Hidup Indonesia, 2002)
Data Kementerian
Pekerjaan Umum ditahun
2012 menunjukkan bahwa masyarakat pedesaan yang mendapat akses
sanitasi layak jumlahnya baru sekitar 50 persen, sedangkan di perkotaan sudah terlayani 76
persennya.
Berdasarkan
data perkiraaan World Health Organization (WHO) di tahun 2010, sekitar 60%
penduduk kawasan pedesaan di Indonesia kekurangan akses terhadap sarana
sanitasi yang pantas. Sementara itu setiap tahun, jumlah kematian akibat diare
pada anak dibawah lima tahun, di negara-negara berkembang sebanyak 1,5 juta jiwa.
Dan 50.000 anak-anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia setiap tahun
meninggal karena penyakit seperti diare yang disebabkan air dan sanitasi buruk.
Dari total penduduk Indonesia, 26%
diantaranya masih membuang air besar sembarangan yang dapat menyebabkan
pencemaran limbah untuk air bersih. Perlu diketahui bahwa 1 gram tinja mengandung 10 juta
virus dan 1 juta bakteri. Bisa dibayangkan apa yang terjadi pada badan air dan
sungai bila 63 juta penduduk Indonesia Buang
Air Besar (BAB) sembarangan setiap hari. Air limbah yang tidak diolah
menghasilkan 6 juta ton kotoran manusia per tahun yang dibuang dan
berkontribusi terhadap polusi ke badan air, sehingga biaya pengolahan air
bersih semakin mahal.
Penyakit yang ditimbulkan akibat sanitasi yang
buruk adalah diare. Dari 4 milliar kasus diare, 1.8 juta diantaranya berujung
pada kematian disetiap tahunnya. Anak-anak adalah yang paling menderita karena 90 persen
atau 1.6 juta orang yang menjadi korban adalah anak-anak berusia kurang dari
lima tahun. Ini berarti, seorang anak meninggal tiap 14 detik (Asosiasi Toilet Indonesia, 2012).
Fakta-fakta di atas
adalah bukti betapa buruknya kondisi sanitasi di sejumlah wilayah, tak
terkecuali Indonesia. Tentunya satu tindakan, sekecil apapun akan memberi
dampak yang berarti demi kelangsungan kehidupan di muka bumi. Sebagai langkah
kecil dan tindakan konkrit, maka memulai untuk melakukan perubahan kecil dari
lingkungan sekolah adalah sebuah kewajiban seorang sebagai pelajar.
Meski tong-tong plastik
tempat sampah telah disediakan di sejumlah tempat, namun sampah masih saja
berserakan, menjadi genangan air dan sarang bertelur bagi nyamuk Aedes Aegypti. Saluran drainase yang
tersumbat tiap kali musim hujan datang, serta penyumbatan di saluran pembuangan
toilet akibat penumpukan material tanah liat yang melakat pada sepatu siswa
yang masuk ke toilet tanpa melepas sepatu. Seketika genangan air itu menyulap
toilet menjadi sumber penyakit dari aroma tak sedap yang ditimbulkannya.
Kondisi di atas adalah
potret sederhana atas rendahnya kesadaran dan kepedulian sebagaian masyarakat
sekolah terhadap sanitasi yang bersih.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
cara menciptakan perilaku peduli sanitasi yang baik di lingkungan sekolah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar
pada rumusan masalah yang dibahas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan:
1.
Cara
menciptakan perilaku peduli sanitasi yang baik di lingkungan sekolah.
D. Manfaat Penelitian
Berikut
manfaat penelitian yang kami harapkan setelah melakukan penelitian:
1.
Sanitasi lingkungan sekolah membaik, dan
kegiatan pembelajaran lebih nyaman
BAB
II
PEMBAHASAN
Pembuangan
sampah yang tidak pada tempatnya, sehingga sampah berserakan di berbagai lingkungan
sekolah, membuat petugas kebersihan kewalahan untuk membersihkan seluruh
lingkungan sekolah yang luasnya sekitar 3 hektar.
Kebersihan
toilet yang dimana siswa harus lebih peduli. Seperti sepatu/ alas kaki yang
digunakan siswa mengakibatkan lantai kotor, disebabkan oleh tanah liat. Penggunaan
kloset yang tidak sesuai, seperti pembuangan tissue, dan semacamnya di kloset,
yang berujung penyumbatan pada kloset tersebut.
Perilaku
indisipliner siswa, yaitu masuknya siswa ke toilet siswi, yang mengakibatkan
siswi tidak ingin masuk ke dalam toilet, meski telah ada pembagian toilet
antara siswa dan siswi telah dilakukan oleh pihak sekolah. Penyediaan sandal di
setiap toilet sekolah agar siswa tidak perlu memasukkan sepatu, dan
meminimalisir lantai toilet yang kotor.
Kerusakan
tempat sampah, seperti mematahkan penutup tempat sampah, memecahkan tempat sampah
sehingga tempat sampah tersebut tidak dapat difungsikan lagi, yang
mengakibatkan jumlah fasilitas sanitasi khususnya tempat sampah di sekolah tentu
berkurang.
Tidak adanya kesadaran dari para siswa, membuat
pihak sekolah (para guru) mencari cara untuk meningkatkan sanitasi di sekolah. Beberapa upaya telah dilakukan, seperti
bersih-bersih sekolah bersama yang dilakukan setiap hari jumat, pemberlakuan
tata tertib tentang pembuangan sampah dan penggunaan alas kaki pada toilet,
seperti larangan penggunaan sepatu pada toilet dengan disiapkannya sandal di
setiap toilet sekolah.
Selain dua upaya di
atas dilakukan juga pembatasan daerah makan, daerah makan untuk para siswa
adalah kantin dan satu blok yang berada di sebelah kantin, dengan tujuan untuk
meminimalisir sampah yang berserakan di seluruh lingkungan sekolah, serta
pemasangan beberapa papan afirmasi berkaitan dengan kebersihan lingkungan untuk
menumbuhkan kesadaran pada siswa agar tetap meningkatkan sanitasi di lingkungan
sekolah.
Langkah-langkah di atas
telah dilakukan dan secara perlahan membangun kesadaran siswa terhadap sanitasi
lingkungan, seperti menggunakan sandal yang telah disediakan di setiap toilet,
serta mengambil sampah dan membuangnya pada tempatnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pembahasan pada uraian bab II , dapat disimpulkan bahwa, rendahnya
sanitasi yang terdapat di sekolah, dengan perilaku siswa yang indisipliner,
akibatnya mengurangi jumlah fasilitas sanitasi di sekolah, sehingga pihak
sekolah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan dan menciptakan kesadaran
pada para siswa tentang sanitasi di sekolah, yaitu pembuatan tata tertib
berkaitan dengan sanitasi, melakukan bersih-bersih bersama,pembatasan daerah
makan siswa,dan pemasangan papan afirmasi tentang sanitasi.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas,
peneliti menyarankan :
- 1. Melakukan penyuluhan berkaitan dengan sanitasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar