Selasa, 21 Mei 2013

Karya Tulis Ilmiah, Kebrsihan


Di Sekolahku, Langkah Kecil Untuk Sebuah Perubahan



 









Oleh
AULYA SRI UTAMI ILHAM
9983055224
VIII D








BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekitar 2,6 milliar orang setara 40 persen penduduk dunia hidup dalam keadaan menyedihkan karena terbatasnya akses pada toilet yang layak. Minimnya toilet yang layak memaksa orang-orang tersebut yang umumnya tinggal di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah untuk buang air kecil dan besar di area terbuka.
Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia masih tertinggal terkait presentasi penduduk terhadap jangkauan akses untuk mendapat air bersih dan sanitasi yang baik. Bila dibandingkan dengan Malaysia yang memiliki 100% cakupan air bersih dan 96% cakupan sanitasi, bahkan Indonesia masih di bawah Filipina dan Kamboja. 
            Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah domestik) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar (ANTARA News, 2006). Tidak kurang dari 400.000 m3 per hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dari jumlah tersebut 61,5 % terdapat di Pulau Jawa (Status Lingkungan Hidup Indonesia, 2002)
            Data Kementerian Pekerjaan Umum ditahun 2012 menunjukkan bahwa masyarakat pedesaan yang mendapat akses sanitasi layak jumlahnya baru sekitar 50 persen, sedangkan di perkotaan sudah terlayani 76 persennya.
Berdasarkan data perkiraaan World Health Organization (WHO) di tahun 2010, sekitar 60% penduduk kawasan pedesaan di Indonesia kekurangan akses terhadap sarana sanitasi yang pantas. Sementara itu setiap tahun, jumlah kematian akibat diare pada anak dibawah lima tahun, di negara-negara berkembang sebanyak 1,5 juta jiwa. Dan 50.000 anak-anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia setiap tahun meninggal karena penyakit seperti diare yang disebabkan air dan sanitasi buruk.
            Dari total penduduk Indonesia, 26% diantaranya masih membuang air besar sembarangan yang dapat menyebabkan pencemaran limbah untuk air bersih. Perlu diketahui bahwa 1 gram tinja mengandung 10 juta virus dan 1 juta bakteri. Bisa dibayangkan apa yang terjadi pada badan air dan sungai bila 63 juta  penduduk Indonesia Buang Air Besar (BAB) sembarangan setiap hari. Air limbah yang tidak diolah menghasilkan 6 juta ton kotoran manusia per tahun yang dibuang dan berkontribusi terhadap polusi ke badan air, sehingga biaya pengolahan air bersih semakin mahal.
Penyakit yang ditimbulkan akibat sanitasi yang buruk adalah diare. Dari 4 milliar kasus diare, 1.8 juta diantaranya berujung pada kematian disetiap tahunnya. Anak-anak adalah yang paling menderita karena 90 persen atau 1.6 juta orang yang menjadi korban adalah anak-anak berusia kurang dari lima tahun. Ini berarti, seorang anak meninggal tiap 14 detik (Asosiasi Toilet Indonesia, 2012).
Fakta-fakta di atas adalah bukti betapa buruknya kondisi sanitasi di sejumlah wilayah, tak terkecuali Indonesia. Tentunya satu tindakan, sekecil apapun akan memberi dampak yang berarti demi kelangsungan kehidupan di muka bumi. Sebagai langkah kecil dan tindakan konkrit, maka memulai untuk melakukan perubahan kecil dari lingkungan sekolah adalah sebuah kewajiban seorang sebagai pelajar.
Meski tong-tong plastik tempat sampah telah disediakan di sejumlah tempat, namun sampah masih saja berserakan, menjadi genangan air dan sarang bertelur bagi nyamuk Aedes Aegypti. Saluran drainase yang tersumbat tiap kali musim hujan datang, serta penyumbatan di saluran pembuangan toilet akibat penumpukan material tanah liat yang melakat pada sepatu siswa yang masuk ke toilet tanpa melepas sepatu. Seketika genangan air itu menyulap toilet menjadi sumber penyakit dari aroma tak sedap yang ditimbulkannya.
Kondisi di atas adalah potret sederhana atas rendahnya kesadaran dan kepedulian sebagaian masyarakat sekolah terhadap sanitasi yang bersih.











B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan sebagai berikut:
      1.            Bagaimana cara menciptakan perilaku peduli sanitasi yang baik di lingkungan sekolah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar pada rumusan masalah yang dibahas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
      1.            Cara menciptakan perilaku peduli sanitasi yang baik di lingkungan sekolah.
D. Manfaat Penelitian
Berikut manfaat penelitian yang kami harapkan setelah melakukan penelitian:
      1.            Sanitasi lingkungan sekolah membaik, dan kegiatan pembelajaran lebih nyaman














BAB II
PEMBAHASAN

           
            Pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, sehingga sampah berserakan di berbagai lingkungan sekolah, membuat petugas kebersihan kewalahan untuk membersihkan seluruh lingkungan sekolah yang luasnya sekitar 3 hektar.
            Kebersihan toilet yang dimana siswa harus lebih peduli. Seperti sepatu/ alas kaki yang digunakan siswa mengakibatkan lantai kotor, disebabkan oleh tanah liat. Penggunaan kloset yang tidak sesuai, seperti pembuangan tissue, dan semacamnya di kloset, yang berujung penyumbatan pada kloset tersebut.
            Perilaku indisipliner siswa, yaitu masuknya siswa ke toilet siswi, yang mengakibatkan siswi tidak ingin masuk ke dalam toilet, meski telah ada pembagian toilet antara siswa dan siswi telah dilakukan oleh pihak sekolah. Penyediaan sandal di setiap toilet sekolah agar siswa tidak perlu memasukkan sepatu, dan meminimalisir lantai toilet yang kotor.
            Kerusakan tempat sampah, seperti mematahkan penutup tempat sampah, memecahkan tempat sampah sehingga tempat sampah tersebut tidak dapat difungsikan lagi, yang mengakibatkan jumlah fasilitas sanitasi khususnya tempat sampah di sekolah tentu berkurang.
Tidak adanya kesadaran dari para siswa, membuat pihak sekolah (para guru) mencari cara untuk meningkatkan sanitasi di sekolah. Beberapa upaya telah dilakukan, seperti bersih-bersih sekolah bersama yang dilakukan setiap hari jumat, pemberlakuan tata tertib tentang pembuangan sampah dan penggunaan alas kaki pada toilet, seperti larangan penggunaan sepatu pada toilet dengan disiapkannya sandal di setiap toilet sekolah.
Selain dua upaya di atas dilakukan juga pembatasan daerah makan, daerah makan untuk para siswa adalah kantin dan satu blok yang berada di sebelah kantin, dengan tujuan untuk meminimalisir sampah yang berserakan di seluruh lingkungan sekolah, serta pemasangan beberapa papan afirmasi berkaitan dengan kebersihan lingkungan untuk menumbuhkan kesadaran pada siswa agar tetap meningkatkan sanitasi di lingkungan sekolah.
Langkah-langkah di atas telah dilakukan dan secara perlahan membangun kesadaran siswa terhadap sanitasi lingkungan, seperti menggunakan sandal yang telah disediakan di setiap toilet, serta mengambil sampah dan membuangnya pada tempatnya.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pembahasan pada uraian bab II , dapat disimpulkan bahwa, rendahnya sanitasi yang terdapat di sekolah, dengan perilaku siswa yang indisipliner, akibatnya mengurangi jumlah fasilitas sanitasi di sekolah, sehingga pihak sekolah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan dan menciptakan kesadaran pada para siswa tentang sanitasi di sekolah, yaitu pembuatan tata tertib berkaitan dengan sanitasi, melakukan bersih-bersih bersama,pembatasan daerah makan siswa,dan pemasangan papan afirmasi tentang sanitasi.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti menyarankan :
  1.       1.            Melakukan penyuluhan berkaitan dengan sanitasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar